Kemenkes Target Hilangkan HIV dan IMS di Indonesia pada 2030 - Beritasatu - Berbagi Informasi
powered by Surfing Waves

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Kamis, 03 Juli 2025

Kemenkes Target Hilangkan HIV dan IMS di Indonesia pada 2030 - Beritasatu

  Kesehatan,

Kemenkes Target Hilangkan HIV dan IMS di Indonesia pada 2030

Jakarta, Beritasatu.com- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menargetkan bisa menghilangkan penyakit human immunodeficiency virus (HIV) dan infeksi menular seksual (IMS) pada tahun 2030. Edukasi, deteksi dini, dan pengobatan menjadi kunci dalam mencapai target ini, mengingat tingginya beban kasus yang masih dihadapi Indonesia.

ADVERTISEMENT

Pasalnya, dikutip dari laman resmi Kemenkes, berdasarkan data terbaru Indonesia menempati peringkat ke-14 dunia dalam jumlah orang dengan HIV (ODHIV) dan peringkat ke-9 untuk orang dengan infeksi baru HIV. Diperkirakan ada sekitar 564.000 ODHIV pada tahun 2025, namun baru 63% yang mengetahui statusnya.

Dari jumlah tersebut, 67% telah menjalani terapi antiretroviral (ARV), dan hanya 55% yang mencapai viral load tersupresi artinya virus tidak terdeteksi dan risiko penularan sangat rendah.

Maka dari itu, Kemenkes berupaya memperluas akses layanan untuk mencapai target eliminasi HIV dan IMS tersebut.  Target utama adalah mencapai 95-95-95 pada 2030, yaitu 95% ODHIV mengetahui statusnya, 95% penderita menjalani pengobatan, dan 95% dari yang diobati mencapai supresi virus.

Hingga saat ini, layanan tes HIV tersedia di 514 kabupaten/kota, layanan IMS di 504 kabupaten/kota, dan tes viral load di 192 kabupaten/kota.

Direktur Penyakit Menular Kemenkes dr Ina Agustina menyampaikan, 76% kasus HIV di Indonesia terpusat penyebarannya di 11 provinsi prioritas, yaitu Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Bali, Papua, Papua Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, dan Kepulauan Riau.

“Penyebaran kasus HIV secara nasional banyak terjadi di populasi kunci seperti laki-laki seks dengan laki-laki (LSL), waria, pekerja seks perempuan, dan pengguna napza suntik. Tetapi di Papua, penularan sudah menyebar ke populasi umum, dengan prevalensi mencapai 2,3%,” jelas dr Ina, dikutip dari siaran resmi Kemenkes, Selasa (24/6/2025).

Dalam tiga tahun terakhir, meskipun persentase kasus aktif HIV cenderung stagnan, namun kasus IMS justru meningkat, termasuk di kelompok usia muda 25-49 tahun . Menurut data Kemenkes,  ada sebanyak 23.347 kasus sifilis pada 2024 denggan mayoritas merupakan sifilis dini sebanyak 19.904 kasus dan 77 di antaranya adalah sifilis kongenital, yang menular dari ibu ke bayi. Gonore juga tercatat tinggi dengan 10.506 kasus, terutama di Jakarta.

“IMS ini bukan hanya masalah kesehatan pribadi, ini masalah kesehatan masyarakat.  Sebab, IMS menjadi pintu bagi penularan HIV, dan kasus terbanyak terjadi di usia produktif bahkan kini mulai meningkat pada usia remaja 15-19 tahun,” tegas dr Ina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Halaman