Tips
Cara Membedakan Beras Mana yang Asli dan Mana Oplosan, Cek 4 Hal Ini

Kompas.tv - 15 Juli 2025, 08:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.TV - Temuan pemerintah mengungkap adanya dugaan pelanggaran mutu dan takaran oleh sejumlah produsen beras.
"Itu seluruh Indonesia. Seluruh Indonesia terjadi, 86% itu tidak sesuai dengan standar," ungkap Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Makassar, Senin (14/7/2025), dikutip dari video KompasTV.
Menyikapi isu ini, masyarakat sebagai konsumen sebaiknya waspada dan cermat ketika membeli beras.
Oleh karena itu, untuk melindungi diri dari kerugian dan potensi dampak kesehatan, berikut panduan membedakan beras asli dan beras oplosan, menurut keterangan Pakar Teknologi Industri Pertanian IPB University, Prof Tajuddin Bantacut.
Warna, Bau, Tekstur
Tajuddin mengungkap, konsumen dapat mengenali beras asli dan oplosan dari warna, bau atau aroma, serta tekstur nasi.
“Jika menemukan nasi yang berbeda dari biasanya seperti warna, bau (aroma), tekstur, dan butiran, maka dapat ‘dicurigai’ sebagai beras yang telah dioplos dalam arti terdapat kerusakan mutu atau keberadaan benda asing,” jelasnya, Kamis (10/7/2025), dilansir laman IPB.
Baca Juga: Terungkap! 86 Persen Beras Premium Ternyata Oplosan, Mentan Sebut Akan Tindak Tegas Pelaku
Label atau Sumber
Tajuddin mengimbau masyarakat mewaspadai label dan sumber beras yang akan dibeli.

Kami memberikan ruang untuk
Anda menulis
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Daftar di sini
“Hindari membeli beras tanpa label atau dari sumber yang tidak jelas," ujarnya.
Benda Asing ketika Cuci Beras
Tajuddin juga mengungkap tanda beras oplosan ketika beras dicuci.
"Cuci beras sebelum dimasak dan waspadai bila ada benda asing yang mengambang," katanya.
Baca Juga: Maraknya Beras Premium yang Dioplos, Bisakah Kualitasnya Dikenali Sebelum Dibeli?|KOMPAS SIANG
Daya Simpan
Menurut keterangan Tajuddin, daya simpan beras idealnya maksimal 6 bulan agar kualitas tetap terjaga.
Ia menambahkan, meski beras sudah disimpan di tempat yang terkendali, kualitasnya tetap bisa menurun karena faktor lingkungan, hama, atau mikroorganisme.
“Beras yang rusak bisa dipoles ulang. Namun, jika kerusakannya sudah parah, baik secara fisik, kimiawi, maupun mikrobiologis, maka tidak layak untuk dikonsumsi, terlebih apabila mengandung bahan kimia atau pengawet, bisa berbahaya untuk kesehatan," paparnya.
Sumber : Kompas TV
0 Komentar