Kesehatan,
Kasus Diabetes Anak Meningkat, Pola Konsumsi Harus Dikendalikan

KBRN, Singaraja: Kasus diabetes mellitus yang menyerang usia muda kini mulai menjadi perhatian serius di dunia medis. Fenomena yang dulunya hanya terjadi pada usia lanjut, kini mulai menyasar anak-anak dan remaja, termasuk di Kabupaten Buleleng. Kondisi ini tidak bisa lagi dipandang sebelah mata, karena dampaknya sangat berbahaya dan bersifat jangka panjang.
Direktur Rumah Sakit Umun Kertha Usada, dr. I Wayan Parna Arianta, MARS, mengungkapkan keprihatinannya terhadap tren meningkatnya penderita diabetes di usia muda. Ia menyebutkan bahwa secara umum, diabetes pada anak bisa terjadi karena dua faktor utama, yakni genetik dan pola hidup yang buruk.
“Kalau dari sisi klinis, diabetes pada anak biasanya disebabkan karena keturunan, atau faktor genetik yang dibawa sejak lahir. Tapi dalam beberapa kasus yang muncul akhir-akhir ini, justru tidak ditemukan riwayat genetik dari orang tua maupun kakek-nenek,” katanya.
Dengan tidak adanya faktor genetik, maka perhatian pun mengarah pada penyebab kedua, yakni pola hidup anak yang cenderung bebas mengonsumsi makanan dan minuman manis. Hal ini sejalan dengan data riset Kementerian Kesehatan serta pantauan di RSU Kertha Usada, yang menunjukkan peningkatan kasus penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes, dan gagal ginjal pada usia muda.
“Anak-anak sekarang cenderung sering jajan minuman dan makanan manis, terutama yang dijual bebas di sekolah. Sayangnya, orang tua kerap tidak mengetahui apa yang dikonsumsi anak mereka setiap hari,” ujar dr. Parna.
Ia menekankan pentingnya peran orang tua sebagai garda terdepan dalam perlindungan kesehatan anak. Salah satu bentuk perhatian nyata adalah dengan membekali anak makanan dari rumah, bukan uang saku yang bisa dipakai untuk membeli jajanan tinggi gula di luar.
“Kalau bisa, orang tua menyiapkan langsung makanan dan minuman dari rumah. Jangan menyepelekan makanan manis. Awalnya terlihat sepele, tapi risikonya sangat besar. Diabetes itu bisa memicu komplikasi serius seperti gagal ginjal dan penyakit jantung,” katanya menegaskan.
Lebih lanjut, dr. Parna juga mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bersinergi, termasuk Dinas Kesehatan, sekolah, dan tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, hingga bidan, agar edukasi tentang bahaya makanan manis bisa dilakukan secara berkelanjutan.
“Jangan tunggu sampai anak kita divonis menderita penyakit seumur hidup. Edukasi dan tindakan pencegahan harus dimulai sekarang. Apalagi saat ini sudah ada dukungan dari program pemerintah berupa makanan bergizi gratis yang bisa dimaksimalkan,” ucapnya dengan penuh harap.
Dengan meningkatnya ancaman diabetes di usia dini, sudah saatnya masyarakat, khususnya orang tua, lebih peduli dan aktif menjaga pola konsumsi anak. Melindungi mereka hari ini adalah investasi kesehatan untuk masa depan. Jangan biarkan generasi muda kehilangan masa depannya hanya karena kelalaian dalam memilih makanan.